Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Bosan dengan itinerary yang padat dan traveling yang bikin capek? Generasi muda Indonesia kini mulai beralih ke gaya traveling yang lebih santai tapi lebih bermakna. Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini bukan sekadar hype—ini adalah pergeseran fundamental dalam cara kita memaknai liburan. Di tahun 2025, data menunjukkan bahwa Gen Z secara eksplisit telah mengadopsi pendekatan “slow travel” dengan menolak mindset FOMO yang populer di kalangan millennial.

Faktanya mencengangkan: pasar agritourism global dinilai USD 73.2 miliar pada 2024 dan diproyeksikan mencapai USD 205.6 miliar pada 2033, tumbuh dengan CAGR 10.9%. Sementara itu, sektor Travel & Tourism Indonesia diproyeksikan mencapai US$17.58 miliar pada 2030 dengan pertumbuhan tahunan 13.33%. Tahun 2025 bahkan dijuluki sebagai “tahun intentional travel”—traveler menginginkan pace yang lebih lambat dan mereka nggak minta maaf untuk itu.

Yang lebih menarik? Gen Z dan Millennials menyumbang 61% dari camper baru di tahun 2024, dengan Gen Z menghabiskan rata-rata $266 per hari—hampir dua kali lipat dibanding baby boomers yang hanya $134. Ini bukan cuma soal budget, tapi tentang bagaimana generasi muda menempatkan value pada pengalaman yang autentik dan bermakna.

Daftar Isi:

  1. Apa Itu Agrotourism dan Slow Travel? Data Terbaru 2025
  2. Kenapa Gen Z Indonesia Mulai Melirik Agrotourism?
  3. Manfaat Nyata Slow Travel untuk Mental Health
  4. Destinasi Agrotourism Terbaik: Data dari Berbagai Negara
  5. Tips Memulai Slow Travel dengan Budget Ramah Kantong
  6. Dampak Ekonomi dan Lingkungan yang Terukur
  7. Masa Depan Travel: Prediksi Berdasarkan Statistik 2025

1. Apa Itu Agrotourism dan Slow Travel? Data Terbaru 2025

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini adalah dua konsep yang saling melengkapi dalam mengubah cara kita traveling. Agrotourism adalah wisata berbasis pertanian di mana traveler bisa menginap di farm, belajar tentang proses pertanian, dan menikmati makanan fresh langsung dari kebun. Sementara slow travel adalah filosofi traveling yang menekankan kualitas pengalaman daripada kuantitas destinasi.

Data pasar menunjukkan momentum luar biasa: pasar agritourism global dinilai USD 8.10 miliar pada 2024 dan diproyeksikan mencapai USD 15.78 miliar pada 2030, dengan CAGR 11.9% dari 2025 hingga 2030. Versi data lain dari IMARC Group bahkan menunjukkan angka lebih tinggi—USD 73.2 miliar pada 2024 menuju USD 205.6 miliar pada 2033.

Yang bikin menarik? Gen Z dan Millennials menyumbang 61% dari camper baru di 2024, dengan Gen Z muncul sebagai spender harian tertinggi dengan rata-rata $266—hampir dua kali lipat dari baby boomers ($134). Ini menunjukkan bahwa generasi muda bukan sekadar mencari murah, tapi mencari value dan pengalaman yang bermakna.

Fact Check: Pasar agro-rural tourism diperkirakan bernilai USD 102.5 miliar pada 2025 dan akan mencapai USD 173.4 miliar pada 2035, dengan CAGR 5.4% (Future Market Insights, 2025).

Farm-based outdoor recreation activities menguasai market share 34.26% pada 2024, sementara farm educational tours diprediksi tumbuh dengan CAGR 13.6% dari 2025 hingga 2030—menunjukkan traveler semakin mencari insights praktis tentang sustainable agriculture.


2. Kenapa Gen Z Indonesia Mulai Melirik Agrotourism?

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Tahun 2025 resmi menjadi “tahun intentional travel”—travelers menginginkan pace yang lebih lambat dan mereka nggak minta maaf untuk itu. Gen Z telah bergerak jauh dari “revenge travel” dan kini menginginkan pengalaman yang lebih lambat dan bermakna ketika traveling.

Data Konkret Gen Z Travel Behavior 2025:

  • 68% Gen Z travelers lebih memilih vacation berbasis petualangan seperti hiking, scuba diving, dan cultural immersion experiences
  • 74% lebih likely dibanding rata-rata traveler untuk research destinasi terbaik untuk bertemu orang baru
  • 79% Gen Z prioritas saving, dengan rising costs membuat international trips kurang accessible—many opt untuk budget-friendly getaways dan local experiences
  • 63% travelers berencana visit “detour destination” on their next trip, menghindari overcrowded hotspots
  • 67% travelers ingin visit less crowded destinations menurut Booking.com survey

Untuk Indonesia, momentum domestik sangat kuat: pada 2024, domestic travelers mencapai 1.02 miliar trips, making up 98.7% dari total, naik 21.61% dibanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa traveler Indonesia semakin aktif mencari pengalaman lokal yang otentik.

Studi Kasus Indonesia: Indonesia’s Travel & Tourism sector tumbuh 12.2% pada 2024, mencapai hampir IDR 1,131.0 triliun, berkontribusi 5.1% terhadap ekonomi nasional. Sector ini mendukung lebih dari 12.5 juta jobs, dan international tourism spending melonjak 22.3% menjadi IDR 291 triliun.

TikTok sebagai Travel Inspiration: Survey Agoda pada Januari 2025 terhadap 15,000+ participants di Asia (including Indonesia) menunjukkan 20% Gen Z menemukan travel inspiration di TikTok dan 14% di Instagram, sementara personal recommendations tetap kuat di 17%.


3. Manfaat Nyata Slow Travel untuk Mental Health

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini memberikan manfaat terukur untuk kesehatan mental. Gen Z menggunakan travel sebagai alat untuk healing—cara mengatasi burnout, anxiety, atau emotional fatigue. Pandemic membawa mental health ke garis depan, dan Gen Z merespons dengan menjadikan travel sebagai bentuk self-care.

Data Mental Health & Travel:

  • 47% millennials dan 40% Gen Z berlibur untuk relaksasi dan menghindari stress
  • 61% Gen Z prioritas rencana perjalanan yang include wellness experiences
  • Pencarian untuk “solo wellness retreats for beginners” dan “healing trips for young adults” meningkat signifikan sejak 2021 menurut Google Trends

Slow travel mendorong spontaneity, contemplation, dan serenity. Farm stays di agrotourism destination memberikan kombinasi sempurna: aktivitas fisik outdoor, koneksi dengan alam, dan break dari teknologi. Dalam survei Byway Travel, trend “quietcations” meningkat—traveler memilih destinasi yang promote relaxation dan mindfulness.

Digital Detox & Nature: Searches untuk “eco-nature holidays” melonjak 250% menurut Accor’s 2025 report, sementara 28% Brits merencanakan sustainable trips. 24% travelers kini opt untuk turn off social media during their holidays, reflecting desire untuk disconnect dari teknologi dan enjoy more mindful travel experiences.

Real Impact: Nearly three-quarters of travelers (74%) kini seeking out authentic, local experiences menurut Hilton’s 2025 trends report. Slow travel bukan cuma feel-good trend—it’s backed by data showing real benefits untuk mental well-being.


4. Destinasi Agrotourism Terbaik: Data dari Berbagai Negara

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Berdasarkan data market share 2024, ini regional breakdown Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini:

North America: Market Leader (46.26% share) North America agritourism market held the largest revenue share of 46.26% di 2024. U.S. agritourism market expected to grow at CAGR 11.3% dari 2025 hingga 2030. Key regions seperti California’s wine country dan Midwest’s dairy farms menjadi popular agritourism destinations.

Contoh konkret: Georgia Grown unveiled its 2025 You-Pick Agritourism Map pada April 2025, highlighting lebih dari 30 farms di seluruh negara bagian where visitors dapat experience picking their own fresh produce.

Europe: Long-Standing Leader (47.02% market share) Europe currently dominates agritourism market, accounting for share exceeding 47.02%. Dominance ini fueled oleh rich agricultural history, solid rural tourism infrastructure, dan support untuk sustainable tourism practices. Italia, Prancis, dan Spanyol di puncak berkat sejarah kulinary kelas dunia dan lanskap perbukitan hijau.

Asia-Pacific: Fastest Growing Region Growing interest dalam rural dan cultural tourism di Asia-Pacific, khususnya di China, Japan, dan India, driving agritourism. Tea garden stays, organic farming classes, dan rice plantation tours menjadi popular attractions. India’s Agri Tourism Development Corporation (established 2005) promotes farmer-led tourism initiatives.

Indonesia’s Position & Potential: Indonesia welcomed 13.9 million international tourists di 2024, marking 18.8% increase over 2023’s 11.68 million. International tourists spent $16.70 billion, dengan average visitor spending $1,201 per trip. Indonesia ranked 22nd place dalam World Economic Forum’s Travel & Tourism Development Index, naik 10 spots—largest improvement di Southeast Asia.

Indonesia won UN Tourism Award untuk Best Tourism Village 2024, dengan Jatiluwih (Bali) dan Wukisari (Yogyakarta) recognized untuk community-led, sustainable tourism. Dengan 17,508 pulau dan biodiversity 17% dari total dunia, Indonesia punya massive potential untuk agrotourism development.

Top Destinations untuk Gen Z:

  • Bali, Indonesia – Budget-friendly, vibrant nightlife, digital nomad community
  • Lisbon, Portugal – Sustainability-focused, great for remote work
  • Ko Samui, Thailand – Trending karena beaches dan pop-culture appeal (featured in The White Lotus)
  • Brittany, France – Included dalam Booking.com’s top global cities list for summer 2025

Link ke Farm Stay: Jika kamu tertarik dengan farm stay experience yang autentik, check out Appleton’s Farmhouse B&B yang menawarkan pengalaman agrotourism berkualitas dengan suasana pedesaan yang menenangkan.


5. Tips Memulai Slow Travel dengan Budget Ramah Kantong

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini bisa sangat affordable dengan strategy yang tepat. Data menunjukkan 79% Gen Z prioritize savings, dengan rising costs membuat international trips kurang accessible.

Strategy Budget-Friendly Berdasarkan Data:

1. Pilih Domestic Agrotourism Domestic sector led the market dengan approximately 58.9% market share pada 2024. Local travelers frequently look untuk quick, cost-effective trips tanpa elaborate travel arrangements. Indonesia’s domestic tourism mencapai 1.02 billion trips pada 2024—massive market dengan banyak opsi affordable.

2. Direct Booking Strategy Pada 2024, direct booking of agritours accounted untuk 51.34% market share. Direct sales segment dominates karena banyak travelers prefer booking farm stays langsung dari providers untuk personalized dan cost-effective options.

3. Pilih Off-Peak & Secondary Cities “With Slow Travel on the rise, more travelers are exploring secondary cities and destinations instead of the overcrowded tourist hotspots,” kata Hilton’s 2025 report. Sardinia dan Bodrum, Turkey mengalami uptick karena travelers menghindari overcrowded spots.

Untuk Indonesia: February recorded terendah arrivals (1.06 juta), making it ideal untuk off-peak deals. December busiest dengan 1.14 million visitors—avoid peak untuk better prices.

4. Extended Stays = Lower Daily Costs Rise of ‘slowmads’—Gen Z travelers yang stay 1-3 months di satu tempat untuk truly immerse themselves. Stay lebih lama = transport costs lebih murah. Average international visitor ke Indonesia stays 2.93 nights di 2024, tapi trend menunjukkan lengthening stays.

5. Budget Accommodation Preferences 56% Gen Z aim to spend under $50 per person per night untuk accommodation menurut Agoda survey 2025. Gen Z lebih inclined toward unique, local, authentic experiences seperti boutique hotels, hostels with unique features, atau Airbnb-style accommodations.

6. Leverage Technology & Loyalty Programs Nearly 60% Gen Z consumers menggunakan loyalty programs ketika travel. 61% Millennials dan Gen Z menggunakan credit card untuk maximize travel rewards. 80% Millennials dan Gen Z menggunakan travel planning apps atau social media untuk plan out perfect vacation.

Pro Tip: Nearly 20% dari Gen Z travellers comfortable booking trips kurang dari seminggu sebelumnya, including last-minute flights dan weekend escapes. Flash deals adalah teman terbaikmu!


6. Dampak Ekonomi dan Lingkungan yang Terukur

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini bukan cuma menguntungkan traveler—impact terhadap ekonomi lokal dan environment sangat signifikan dan terukur.

Dampak Ekonomi Terverifikasi:

Agritourism adalah significant driver pertumbuhan ekonomi di rural communities, generating revenue streams baru dan supporting local businesses. Globally, agritourism ranks sebagai salah satu contributor paling signifikan untuk rural economic development.

Indonesia’s Economic Impact:

  • Indonesia’s Travel & Tourism sector tumbuh 12.2% pada 2024, reaching hampir IDR 1,131.0 trillion
  • Sector berkontribusi 5.1% terhadap ekonomi nasional
  • Supported lebih dari 12.5 million jobs
  • International tourism spending surged 22.3% menjadi IDR 291 trillion
  • Domestic spending increased 7.0%, reaching IDR 344 trillion

Global Context: Travel and tourism industry contributed $11 trillion to global GDP in 2024 sebagai Europe dan popular destinations reached full recovery dari pandemic. U.S. travel spending projected hit $1.35 trillion di 2025.

Sustainability & Environmental Impact:

Hampir setengah dari Gen Z respondents melaporkan membatasi travel karena environmental reasons menurut YouGov report 2025. 62% young Europeans stated sustainability penting saat planning trip. Namun, ada gap antara intention dan action—only 27% actually check environmental certifications saat booking accommodation atau transport.

Concrete Sustainability Actions:

  • 28% Brits planning sustainable trips (Accor’s 2025 report)
  • Searches untuk “eco-nature holidays” surged 250%
  • 56% Gen Z memilih destinations yang menerapkan environmental practices yang kuat
  • Adventure-based agro-tourism yang include farm-based hiking trails, camping, dan agrarian cycling routes increasing market demand

Indonesia’s Sustainability Leadership: Indonesia won UN Tourism Award untuk Best Tourism Village 2024, dengan Jatiluwih (Bali) dan Wukisari (Yogyakarta) recognized untuk exemplary community-led, sustainable tourism. Ini menunjukkan commitment Indonesia terhadap sustainable tourism practices.

Air travel, responsible untuk approximately 2.5% global CO₂ emissions, becoming less indulgent untuk short trips. Domestic flights swapped untuk trains, carpooling, atau cycling. Slow travel approach tidak hanya reduces carbon footprints tapi also eases burden over-tourism pada popular destinations.


7. Masa Depan Travel: Prediksi Berdasarkan Statistik 2025

Agrotourism dan Slow Travel: Trend Travel Masa Kini yang Wajib Kamu Coba di 2025

Kemana arah Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini di masa depan? Data memberikan projections jelas:

Global Agritourism Growth Projections:

  • Global agritourism market projected reach USD 205.6 Billion by 2033, growing at CAGR 10.9% (IMARC Group)
  • Alternate projection: USD 21.30 billion by 2033 at CAGR 11.7% (Straits Research)
  • U.S. agritourism market expected grow at CAGR 11.3% dari 2025 to 2030
  • Asia-Pacific projected record highest growth rate, driven rapid rural development dan increasing government initiatives

Indonesia’s Tourism Future: Indonesia’s Travel & Tourism market expected generate revenue US$9.40bn by 2025, projected grow at annual rate (CAGR 2025-2030) 13.33%, resulting dalam market volume US$17.58bn by 2030.

Tourist arrivals projected surge approximately 24.5 million pada 2028, naik dari around 19.3 million di 2023. Government aiming untuk 14.6 to 16 million foreign visitors di 2025, dengan US$19–22.1 billion foreign exchange earnings projected.

Bali aims untuk 6.5 million foreign arrivals di 2025, naik dari 6.3 million di 2024. Government’s 2025 target 1.08 billion domestic trips expected met through infrastructure improvements, digital booking innovations, dan lifestyle-driven campaigns.

Technology Integration & Trends:

80% Millennials dan Gen Z menggunakan travel planning apps atau social media untuk plan vacations. 83% Gen Z dan Millennials stated at least one aspect of generative AI technology useful untuk booking. 78% travelers now expect seamless online booking experiences.

Social media remains powerful: 20% Gen Z finding inspiration di TikTok dan 14% di Instagram. By 2030, 81% total revenue dalam Travel & Tourism market expected generated through online sales.

Emerging Agritourism Trends:

  • Localization of rural wellness travelling seperti organic farm spas, herbal therapy workshops, yoga retreats di farms
  • Rise of culinary agro-tourism integrating farm-to-table dining experiences, countryside cooking classes, traditional food-tasting events
  • Integration wellness, culinary experiences, eco-tourism, farm stays, festivals, dan virtual tours sebagai opportunities untuk innovation
  • Smart technology dan digital integration enhancing visitor experience dengan interactive, immersive, data-driven insights

Shift dari FOMO ke JOMO: Gen Z travelers leading the way dalam shift away dari millennial FOMO mindset. Instead, embracing “JOMO—the joy of missing out—approach to travel.” Christina Bennett dari Priceline confirmed: “2025 is the year of intentional travel,” dengan Gen Z moved far beyond “revenge travel” dan now wants slower pace.

Flocking Trend: 74% lebih likely dibanding average traveler untuk research best destinations untuk meeting new people. Ini menunjukkan Gen Z seeking more in-person connections meskipun generation yang paling digital-native.


Baca Juga Liburan Murah Seru di Desa Wisata Indonesia

Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini adalah pergeseran paradigma nyata yang didukung data solid. Dengan global agritourism market valued USD 73.2 billion di 2024 projected mencapai USD 205.6 billion by 2033, dan 2025 officially being “year of intentional travel,” masa depan travel jelas tentang quality over quantity.

Gen Z Indonesia berada di garis depan movement ini—dari 1.02 billion domestic trips di 2024 hingga 79% yang prioritize affordable meaningful experiences, data membuktikan perubahan fundamental sedang terjadi. Indonesia’s position sebagai 22nd dalam Travel & Tourism Development Index (naik 10 spots—largest improvement di Southeast Asia) menunjukkan massive potential untuk agrotourism development.

Dengan 68% Gen Z preferring adventure-based vacations, 74% wanting local recommendations, dan 61% prioritizing wellness experiences, Agrotourism dan Slow Travel Trend Travel Masa Kini bukan temporary trend—it’s the new normal dalam cara generasi muda exploring the world.

Jadi, data mana yang paling surprising buat kamu? Share pengalaman slow travel atau agrotourism kamu di comment section! Apakah kamu sudah siap untuk switch dari fast-paced travel ke intentional travel di 2025?


Author: Lara Appleton

Halo, saya Laras. Blog ini lahir dari rasa cinta pada kehidupan pedesaan yang tenang dan hangat. Di sini saya berbagi tentang tempat-tempat tersembunyi, cerita perjalanan hati, dan pengalaman staycation yang berkesan.